Kesempatan Hanya Sekali
Sahabatku, pernahkah merasa kehilangan sebuah kesempatan yang tidak akan terulang lagi?Misalkan, saat umur 35 tahun sahabat sangat berkeinginan mengabdi pada pemerintah, yaitu menjadi seorang PNS. Kemudian dengan ijazah S1 mengikuti tes CPNS dalam batas akhir usia diperbolehkan. Tetapi, pada hari pelaksanaan tes itu, sahabat tiba-tiba diare berat , sehingga jumlah mondar-mandir ke toilet hampir sebanyak jumlah soal yang harus dijawab.
Padahal, menjadi PNS itu merupakan syarat mutlak yang diberikan oleh calon mertua untuk meminang anaknya. Kira-kira, bagaimanakah perasaan saudara ketika itu? Saudara pasti kecewa berat dan meriang. Tapi masih ada peluang lain , yaitu waktu tambahan bagi saudara yang menambah pendidikan supaya nanti bisa mengikuti tes CPNS lagi.
Ketika kita merasa kehilangan sebuah kesempatan, masih tetap ada peluang serupa yang bisa diikhtiarkan, dan masih waktu. Kalau kita menerima dan semakin mendekatkan diri kepada Allah, kegagalan dalam meraih apapun di dunia tidak akan terasa berat. Bahkan, kita tidak lagi bersemangat dalam mengejar kesempatan yang serupa. Bukan karena kapok, tetapi karena kita sudah tidak terlalu cinta lagi terhadap duniawi.
Nah, ada satu kesempatan yang hanya sekali dan takkan ada yang dapat diikhtiarkan atau peluang-peluang yang mirip lagi ketika sudah lewat, yaitu kesempatan hidup, kesempatan untuk berobat, beribadah, beramal, bersedekah, berbuat baik, berakhlak mulia, serta mengharapkan pahala, surga, dan roda Allah Ta'ala.
Kalau kesempatan hidup disia-siakan, ketika dia sudah lewat atau kita meninggal, sudah tidak ada lagi kesempatan untuk mengulang. Tidak ada lagi peluang untuk memperbaiki diri, kecuali hadirnya petaka yang jauh lebih dasyat, dan tidak bisa dibandingkan dengan meriang setahun. Di dunia saja petaka itu sudah dimulai, hanya saja sebagian dari kita tidak atau belum menyadari. Tidak adanya kesadaran untuk segera bertobat itu sendiri, sudah merupakan petaka besar bagi kita.
Padahal, selain kesempatan hidup ini takkan terulang. Dia juga berbeda dengan kesempatan mengikuti tes CPNS. Tidak sama dalam hal jadwal, tempat dan pelaksanaannya. Jadwal maut datang menjemput tidak dipajang di internet oleh pemerintah, tempatnya tidak diumumkan, dan tidak ada orang yang menjual buku maupun membuka kursus yang mengetahui cara meninggal.
Misalkan, tiga meninggal dengan tenang ditempat tidur, yaitu tidak beraktivitas dan sepanjang waktu harus selalu berada di tempat tidur. Walaupun sanggup begitu, demi Allah, ini tak akan menjamin. Bisa saja suatu saat tangan digigit kutu kasur, dan saking gatalnya pergi ke kamar mandi mencucinya, lalu terpeleset dengan kepala membentur toilet. Orang pun tidak jadi meninggal dengan tenang.
Seperti kejadian pesawat yang menabrak gunung atau tercebur ke laut. Semua meninggal disana tidak ada yang tahu kalau hari, tempat, dan pesawat baru itu sebagai cara mereka meninggal. Mereka tidak membuat janji untuk berkumpul dan meninggal bersama disana. Bahkan ada yang jauh-jauh lahir di Rusia, Inggris, Amerika, Cina dan lainnya juga mendatangi sendiri tempat kematiannya di Indonesia. Hanya Allah yang tahu. Sedangkan yang cara meninggalnya bukan melalui kecelakaan pesawat, AD beragam alasan untuk tidak jadi menaiki pesawat yang akan celaka.
Jadi, kapan, dimana, dan bagaimana cara saya dan saudara meninggal, kita tidak tahu dan tidak pernah mengetahuinya. Maka, jangan pernah sia-siakan kesempatan hidup ini. Setiap saat, maut bisa datang menjemput. Kita bisa meninggal dimana saja dan dalam aktivitas apapun. Menghidupkan dan Maha Mematikan. Ketika kesempatan sudah ditutup, tidak ada gunanya lagi penyesalan setelahnya.
Mari kita persiapkan diri agar ketika ajal datang, kita dapat meninggal dengan karunia husnul khatimah. Berhati-hatilah selalu dalam menjalani kesempatan hidup yang hanya sekali ini. Teruslah memeriksa hati. Amal, ibadah, dan akhlak pun terus kita perbaiki dan tingkatkan. Kita optimalkan pula berikhtiar sehingga bisa lebih banyak bersedekah. Lalu, jangan lupakan pula untuk memperbanyak berzikir.
Kita berharap semoga saat kesempatan itu habis, Allah Ta'ala meridai. Jangan ditunda-tunda. Kematian kita tidak seperti jadwal pelaksanaan tes CPNS yang dapat ditentukan oleh masing-masing-masing instansi. Waktu, tempat dan cara kematian tiap-tiap kita merupakan rahasia dan sesuka Allah saja. Tugas kita adalah selalu bersiap setiap saat.
Oleh: KH. Abdulallah Gymnastiar (Aa Gym)
Kajian Ikhtiar meraih ridha Allah Swt.
editor: Ateng Adhitya Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar