Copyright © Naik Gunung
Design by Dzignine
Minggu, 31 Januari 2016

Penyembah Hawa Nafsu

Assalamu'alaikum WrWb.

Brother & Sister
Ikhwan & Akhwat
Sejenak coba kita renungkan pertanyaan ini:
"Sebenarnya apa yang ada di benak pelaku maksiat?"
Jawabannya?
Ibnu qoyyim Rahimahullah di jaman dulu ternyata pernah melakukan penelusuran pola pikir yang dijangkiti pelaku maksiat.
Apa itu?
Beliau Rahimahullah bertutur :
"Tidaklah seorang hamba berani mengerjakan perkara yang haram kecuali lahir dari 2 pola pikir:

1. Buruk sangka dengan Allah.
Tanpa sadar ia berpikir jika dia taat kepada Allah, Allah tidak mampu memberikan kebaikan dari    jalan yang halal (sehingga dia harus menempuh jalan yang haram untuk mendapatkannya).
Tragis, Brothers & Sisters
Karena hal ini adalah puncak dari sebuah gunung kebodohan.
Dirinya berpikir ia akan bahagia dengan kemaksiatannya sedangkan ketaatan tidak akan mampu membuat dia bahagia, ketaatan seperti hidup dalam penjara yang penuh dengan belenggu dan aturan yang mencekik leher.
Dirinya menduga ia akan sukses dengan kemaksiatan dana akan gagal dengan kataatan.
Bukankah ini su'uz zhan kepada Allah?!
Inilah sifat yang tidak bisa lepas dari benak seorang munafik dan pelaku kesyirikan
.
"Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik
laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka jahanam. Dan ( neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali."(QS. Al-Fath:6)

2. Dia tahu tentang buruknya dosa dan dia pun tahu barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah Ta'ala akan ganti dengan yang lebih baik, hanya saja syahwatnya lebih dominan dan mengalahkan akal sehat dan kesabarannya.

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya dan Allah sesatkan dia sedangkan dia berilmu dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kalian tidak mengambil pelajaran?."(QS. Al-Jaatsiyah: 23).
 
Semoga Allah Ta'ala menjaga kita semua dari 2 penyakit ini. Aamiin
Referensi:
Al Fawaid hal. 47 dengan penambahan dan perubahan redaksi.
Ust. Muhammad Nuzul Dzikry
Editor: Ateng Adhitya Erlangga


0 komentar:

Posting Komentar